Banana's

Configure your body, Hack your brain, and Huge your time

Copas dari forum MTT Telkomsel oleh Penta Satriya :

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Belajar Dari Kehidupan Lebah
alhamdulillaahi robbil 'aalamiin, washsholaatu wassalaamu 'alaa Rosuulillaahi wa 'alaa aalihi wa shohbihi ajma'iin wa man tabi'ahum bi ihsaanin ilaa yaumiddiin. wa ba'du.
Saudaraku yang semoga dirohmati oleh Allah Ta'ala,
Di dalam Al Qur'an terdapat sebuah surat yang bernama An Nahl yang bermakna lebah. Disebut dengan Surat An Nahl dikarenakan terdapat 2 ayat di dalamnya yang berkisah tentang lebah, yakni pada ayat 68-69. Surat An Nahl ini merupakan surat ke-16 dalam Al Qur'an dan jumlah ayat pada surat ini adalah 128 ayat.
Surat ini masuk dalam surat Makkiyyah (yakni diturunkan sebelum periode hijroh dari Mekkah ke Madinah) dan disebut juga dengan Surat An Ni'am yang artinya nikmat-nikmat, dikarenakan di awal surat ini menceritakan tentang sekian banyak nikmat-nikmat yang telah Allah Ta'ala berikan kepada manusia yang dengannya berkonsekuensi agar manusia tunduk beribadah hanya kepada Allah Ta'ala sebagai satu-satunya sesembahan yang berhak diibadahi.
Adapun Surat An Nahl ayat 68-69 yang dimaksud adalah sebagai berikut :

وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِى مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتً۬ا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ 
ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٲتِ فَٱسۡلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً۬‌ۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ۬ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٲنُهُ ۥ فِيهِ شِفَآءٌ۬ لِّلنَّاسِ‌ۗ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَأَيَةً۬ لِّقَوۡمٍ۬ يَتَفَكَّرُونَ

Dan Robb-mu telah mengilhamkan kepada lebah : "Buatlah sarang-sarang di pegunungan/perbukitan, di pohon-pohon, dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia". (68) kemudian makanlah dari bagian tiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Robb-mu yang telah dimudahkan [bagimu]. Dari perut lebah itu keluar minuman [madu] yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda [kebesaran Tuhan] bagi orang-orang yang memikirkan. (69)
Dari akhir ayat 69 di atas, terdapat faidah bahwasanya pada kehidupan lebah tersebut terdapat tanda kebesaran Allah Ta'ala bagi orang-orang yang mau berfikir sehingga bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Maka berikut ini adalah ringkasan tentang hal-hal yang mengagumkan dari kehidupan lebah :
1. Kepatuhan lebah terhadap perintah Allah Ta'ala
Lebah, sebagaimana binatang lainnya merupakan makhluq yang Allah Ta'ala ciptakan tanpa akal pikiran. Binatang hanya memiliki insting/naluri. Berbeda halnya dengan manusia yang Allah Ta'ala ciptakan dengan diberikan akal pikiran. Tetapi, lihatlah betapa luar biasanya kepatuhan lebah terhadap perintah Robb-nya yakni Allah Ta'ala di dalam ayat 68 di atas!
Ketika Allah Ta'ala memerintahkan mereka dengan petunjuk untuk membuat sarang-sarang di pegunungan/perbukitan, pepohonan, atau di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia, maka dengan serta merta lebah mematuhi perintah tersebut.
Silakan Anda perhatikan ! Sarang-sarang lebah paling banyaknya terdapat di pegunungan/perbukitan/dataran tinggi yakni tempat yang pertama kali disebutkan di dalam ayat 68 tersebut. Kemudian setelah itu, pepohonan merupakan tempat paling banyak berikutnya yang menjadi tempat lebah membuat sarangnya. Barulah setelah itu, tempat-tempat yang dibuat oleh manusia menjadi tempat berikutnya yang dijadikan sarang oleh lebah. Pernahkah Anda melihat lebah membuat sarang di selain 3 tempat tersebut ??? Subhaanallaah (Maha Suci Allah).
Perhatikanlah pula betapa patuhnya lebah terhadap perintah Allah Ta'ala! Suatu kawanan lebah ketika akan membangun sebuah koloni lebah, maka hal yang pertama kali mereka lakukan adalah membuat rumah/sarang terlebih dahulu, baru kemudian mereka mencari makan dengan cara menempuh jalan-jalan yang Allah Ta'ala mudahkan bagi lebah dengan cara memakan sari-sari bunga atau buah-buahan. Persis sesuai dengan urutan perintah dari ayat 68 tersebut. Pernahkah Anda lihat lebah yang membuat koloni tanpa mereka membuat sarang terlebih dahulu? Atau pernahkah Anda melihat lebah makan dari selain sari-sari bunga atau buah-buahan sebagaimana yang Allah Ta'ala perintahkan tersebut? Subhaanallaah.
Jika demikian luar biasanya kepatuhan lebah terhadap perintah Allah Ta'ala, dalam kondisi lebah itu tidak dikaruniai akal pikiran oleh Allah Ta'ala....maka mengapa begitu banyak manusia yang lalai terhadap perintah Allah Ta'ala yang merupakan Robb-nya (Pencipta, Penguasa, dan Pengatur) ??? Padahal, manusia diciptakan dengan akal pikiran dan juga bentuk tubuh yang paling sempurna dibandingkan makhluq lainnya. Tidakkah manusia merasa malu terhadap lebah ??? Sungguh tercela lah manusia yang demikian itu.
Surat ke-2 Al Baqoroh ayat 21 (ayat ini merupakan ayat perintah pertama di dalam urutan mush-haf Al Qur'an yang mana Allah Ta'ala memerintahkan kepada manusia secara umum untuk beribadah hanya kepada-Nya saja) :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Wahai sekalian manusia, beribadahlah kalian kepada Robb-mu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa.
Surat ke-51 Adz Dzaariyaat ayat 56 :

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.


2. Sikap lebah ketika membuat sarang
Jika kita perhatikan lebih jauh bagaimana sikap lebah ketika membuat sarang, maka kita akan melihat keajaiban yang lebih besar lagi.
Perhatikanlah, betapa indahnya dan presisinya lebah ketika membuat sarangnya yang merupakan gabungan dari sekian banyak bentuk persegi enam yang tidak meninggalkan celah sedikitpun! Jika manusia ingin meniru apa yang diperbuat oleh lebah terhadap sarangnya, niscaya manusia akan menemui kesulitan yang amat sangat. Lantas siapakah Dzat yang telah mengajari lebah sehingga mereka dengan mudahnya berbuat yang demikian itu ??? Tentunya, pasti ada Dzat Yang Maha Kuasa yang telah mengajari lebah untuk berbuat yang demikian itu. Dia lah Allah Ta'ala.
Maka sungguh sangat dungu lah orang-orang yang mengingkari adanya Robb semesta alam dari kalangan atheis. Hilang ke mana kah akal pikiran mereka itu sehingga bisa-bisanya mereka ini lebih jelek daripada seekor lebah???
Perhatikanlah pula tatkala sebuah koloni lebah membuat sarang di suatu tempat, pernahkah Anda melihat tempat yang ditumpangi sarangnya tersebut menjadi rusak? Pernahkah Anda lihat dinding bukit menjadi roboh ketika ditumpangi sarang lebah? Pernahkan Anda lihat sebuat dahan pohon menjadi patah ketika ditumpangi sarang lebah?
Ketahuilah wahai Saudaraku bahwa ketika sebuah koloni lebah membuat sarangnya di suatu tempat, maka seolah-olah mereka tahu seberapa kuat tempat tersebut sanggup ditumpangi oleh koloninya. Jika koloni lebah sudah merasa bahwa kapasitas suatu sarangnya sudah maksimal, maka lebah itu akan membuat koloni yang baru di sarang yang baru pula di tempat lain.
Lebah seolah-olah mengajarkan kepada kita bahwasanya ketika kita hidup di suatu tempat maka janganlah kita menjadi perusak. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Surat Al Baqoroh ayat 11-12 :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ
أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ
Dan bila dikatakan kepada mereka : "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi!" Maka mereka menjawab : "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan." (11) Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (12)


3. Sikap lebah ketika mencari makan
Lihatlah pula bagaimana indahnya takala lebah mencari makan. Lebah itu hanya makan sesuai dengan apa yang telah Allah Ta'ala perintahkan kepada mereka, dan tidak mencari selain daripada itu. Lantas apakah sumber makanan lebah itu? Kita tentunya telah sama-sama mengetahui bahwasanya lebah itu makan dari intisari bunga yang merupakan bakal dari buah-buahan sebagaimana tersebut dalam ayat.
Coba perhatikan! Bagian yang paling baik dan bermanfaat dari sebuah pohon/tanaman adalah buahnya. Dan buah itu berasal dari bunga. Dan bagian intisari bunga yang paling bersih itulah yang dimakan oleh lebah. Artinya, lebah hanya memakan hal yang paling baik dari bagian yang baik-baik.
Selanjutnya, marilah kita perhatikan bagaimana tatkala lebah itu makan dari intisari bunga. Lihatlah! Ketika lebah itu makan dari intisari bunga, lebah itu tidaklah merusak bunga tersebut sedikitpun. Bahkan lebah turut membantu penyerbukan bunga tersebut untuk kemudian bunga tersebut menjadi buah-buahan.
Hal inilah yang mestinya dicontoh oleh manusia. Manusia seharusnya hanya mencari sumber penghidupan dari hal-hal yang benar-benar bersih dari hal-hal yang harom maupun yang syubhat (tidak jelas) dengan tanpa menimbulkan kerusakan di muka bumi.
Ironisnya, di zaman sekarang ini manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya saja sehingga sekian banyak aturan Allah Ta'ala dilanggarnya. Manusia banyak yang tidak peduli dari jalan mana mereka mencari penghidupan. Halal/harom/syubhat tidak lagi mereka teliti sehingga pada akhirnya muncullah sekian banyak kerusakan. Bahkan sampai ada ucapan : "Cari yang harom aja susah, gimana lagi mau cari yang halal?"
Lihatlah pula bagaimana indahnya sikap tawakkal lebah. Ketika lebah membutuhkan makanan, maka lebah menjalani sebab diperolehnya makanan yakni dengan keluar sarang menyusuri jalan-jalan yang telah Allah Ta'ala mudahkan bagi mereka untuk mencari makan. Lebah tidak hanya sekedar berdiam diri menunggu datangnya rizqi dari Allah Ta'ala berupa makanan.
Hal ini tentunya berbeda dengan sikap sebagian manusia yang memahami makna tawakkal secara keliru. Bagi mereka, tawakkal itu berarti sekedar diam diri dengan anggapan bersabar sambil menunggu datangnya rizqi dari Allah Ta'ala kepada dirinya. Padahal, apa yang mereka pahami itu sesungguhnya hanyalah muncul dari sifat malas yang ada pada diri mereka sendiri.
Tidakkah manusia (yang memiliki akal pikiran dan bentuk tubuh yang sempurna) itu malu terhadap lebah (yang memiliki sekian keterbatasan dibandingkan manusia) ???
Surat ke-4 An Nisaa' ayat 97 :

إِنَّ ٱلَّذِينَ تَوَفَّٮٰهُمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ ظَالِمِىٓ أَنفُسِہِمۡ قَالُواْ فِيمَ كُنتُمۡ‌ۖ قَالُواْ كُنَّا مُسۡتَضۡعَفِينَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۚ قَالُوٓاْ أَلَمۡ تَكُنۡ أَرۡضُ ٱللَّهِ وَٲسِعَةً۬ فَتُہَاجِرُواْ فِيہَا‌ۚ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَأۡوَٮٰهُمۡ جَهَنَّمُ‌ۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا 
إِلَّا ٱلۡمُسۡتَضۡعَفِينَ مِنَ ٱلرِّجَالِ وَٱلنِّسَآءِ وَٱلۡوِلۡدَٲنِ لَا يَسۡتَطِيعُونَ حِيلَةً۬ وَلَا يَہۡتَدُونَ سَبِيلاً۬
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, [kepada mereka] malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kalian ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri [Mekah]". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (97) kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan [untuk hijrah], (98)

4. Sikap lebah ketika berinteraksi di dalam koloninya
Selanjutnya, marilah kita lihat pula bagaimana kehidupan lebah di dalam koloni nya.
Di dalam sebuah koloni lebah, mereka dipimpin oleh seorang ratu lebah yang merupakan raja/pemimpin yang ditaati bagi koloni mereka. Masing-masing lebah tersebut telah terbagi tugasnya masing-masing dengan indah dan harmonisnya. Ada di antara mereka yang bertugas mencari makanan, ada yang bertugas menjaga sarang, ada yang bertugas menjaga sang ratu, dan seterusnya. Mereka hidup dengan harmonis saling bahu membahu di dalam sarang tersebut bersama koloninya demi kelangsungan hidup koloni tersebut. Pernahkah Anda melihat lebah berkelahi dengan sesama lebah lain dalam satu koloni nya???
Sang ratu lebah itulah yang menjadi pemimpin bagi koloni lebah yang mengatur sebagaimana layaknya raja yang berwibawa dalam kehidupan manusia. Dan ajaibnya, tidak akan pernah ada dua ratu lebah di dalam satu koloni lebah. Artinya, di dalam sebuah koloni hanya boleh ada satu orang pemimpin saja. Jika ada dua ratu lebah dalam koloni, maka lebah pun akan sepakat membunuh salah satu ratu lebah dan kemudian sepakat mentaati hanya satu ratu lebah saja tanpa kemudian muncul perselisihan di antara koloni mereka.
Maka jika kita memperhatikan perilaku lebah, keteraturan bentuk sarangnya, keteraturan pembagian tugasnya, keteraturan persatuannya dalam bahu membahu, dan semisalnya....maka sungguh hal yang demikian itu akan membuatnya terkagum-kagum. Lantas siapakah Dzat yang telah membuat koloni lebah memiliki keteraturan yang sangat mengagumkan tersebut??? Tentunya bagi orang yang berakal sehat akan menjawab bahwasanya pasti di sana ada Dzat yang telah mengaturnya. Dia lah Allah Ta'ala, Robb semesta alam.
Jika demikian halnya pada lebah, maka tentunya kehidupan alam semesta yang demikian teratur dengan indahnya pasti lebih mengagumkan lagi. Dan tentunya kita akan bertanya kepada para kaum atheis yang menolak mengakui adanya Robb semesta alam : "Wahai kalian....ke manakah akal sehat kalian pergi???"
Surat ke-3 Aali 'Imroon ayat 190 :

إِنَّ فِى خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّہَارِ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, sungguh-sungguh terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal.

5. Lebah yang memiliki wibawa dan keberanian
Selanjutnya, marilah kita lihat bagaimana tingginya wibawa dan keberanian yang dimiliki oleh lebah.
Lebah bukan merupakan hewan pengganggu. Akan tetapi, kita semua tentunya sama-sama mengetahui bahwasanya jika ada pihak-pihak yang berusaha mengusik kehidupan koloni mereka, maka lebah-lebah itu dengan tanpa rasa takut akan berusaha untuk mengusir sang pengganggu tersebut dengan sengat maupun suara dengung yang mereka miliki. Bahkan mereka rela untuk mengorbankan nyawanya demi membela koloni mereka. Tahukah kita bahwasanya jika lebah sudah menyengat penyerangnya, maka lebah itu akan mati???
Inilah salah satu sifat lebah yang patut dicontoh oleh kaum Muslimin. Kaum Muslimin bukanlah kaum yang suka mengganggu kaum lainnya. Akan tetapi jika kaum Muslimin diganggu, maka kaum Muslimin rela untuk mengorbankan nyawanya demi membela kehormatan agama Islam. Sehingga dengan sikap kaum Muslimin yang demikian maka akan memiliki wibawa di hadapan musuh-musuhnya sebagaimana koloni lebah.
Surat ke-24 An Nuur ayat 55 :

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَہُمُ ٱلَّذِى ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّہُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنً۬ا‌ۚ يَعۡبُدُونَنِى لَا يُشۡرِكُونَ بِى شَيۡـًٔ۬ا‌ۚ وَمَن ڪَفَرَ بَعۡدَ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan amalan sholih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar [keadaan] mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. (yakni) Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang [tetap] kafir sesudah [janji] itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Hadits riwayat Abu Dawud dari shohabat Tsauban rodhiAllahu 'anhu bahwasanya Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ، فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ ، فَقَالَ قَائِلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat bertanya; “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Nabi menjawab, Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu? Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati”.

6. Lebah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
Selanjutnya, kita perhatikan apa yang kelak akan dihasilkan oleh lebah tatkala mereka telah tunduk patuh terhadap perintah Allah Ta'ala.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, lebah akan menghasilkan madu yang memiliki sekian banyak warna, rasa yang manis lagi lezat, dan bermanfaat sebagai obat bagi manusia. Apa yang dihasilkan oleh lebah tidak saja bermanfaat bagi kehidupan koloni lebah itu sendiri, bahkan bermanfaat pula bagi pihak lain.
Inilah pula hal yang harus dicontoh oleh kaum Muslimin. Kaum Muslimin merupakan umat yang membawa manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak yang lain.
Surat ke-21 Al Anbiyaa' ayat 107 :

وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ
Tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rohmat bagi semesta alam.
Surat ke-3 Aali 'Imroon ayat 110 :

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ‌ۗ 
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Pertanyaanya, kapankah hal ini bisa terealisasikan oleh umat Islam??? Maka jawabannya adalah sebagaimana apa yang telah dilakukan oleh lebah, yakni ketika lebah tersebut telah tunduk dan patuh terhadap perintah Allah Ta'ala sebagaimana pada surat An Nahl ayat 68-69 tersebut.
Maka dari sini, marilah kita semua sebagai umat Islam untuk mau kembali kepada ajaran Islam yang benar. Mari kita pelajari ajaran Islam dengan benar. Lalu kita amalkan dan kita dakwahkan dengan dilandasi rasa sabar sebagai bentuk ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah Ta'ala. Jika hal ini sudah kita jalani, maka nicscaya apa yang kita harapkan untuk menjadi umat terbaik yang menjadi rohmat bagi semesta alam akan terwujud.
Allaahu A'lam wa nas'alullaahassaalamah wal 'aafiyah.
Sumber :
- Terjemah Miftaah Daarissa'aadah karya Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah rohimahullah
http://library.islamweb.net/hadith/
http://www.quranexplorer.com/quran/




 Sahabat sekalian, jika jauh di dalam qalbu anda sudah ada ada kebutuhan untuk mencari Allah, ingin tenteram, ingin mengetahui agama lebih baik, atau gelisah mencari kesejatian, maka ketahuilah bahwa Allah masih berkenan memanggil anda untuk bertaubat.

Taubat sesungguhnya merupakan panggilan Allah. Manusia sama sekali tidak bisa membuat dirinya sendiri ingin bertaubat. Allah sendirilah yang menumbuhkan keinginan bertaubat di dalam kalbu anda.
Sebagaimana firman-Nya:


“Kemudian Tuhan memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS 20:122)

“Barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak akan mempu menempuh jalan itu kecuali bila dikehendaki Allah.” (QS. 76:29-30)

“…Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat mengendaki (menenempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 81: 28-29)

Keinginan Taubat
Keinginan taubat itu timbul karena dipilih-Nya. Maka dari itu, jika sekarang dalam hati anda mulai tumbuh kegelisahan makna hidup, atau keinginan kembali kepada-Nya, mulai timbul keinginan akan ketentraman bersama-Nya, mulai ingin mencari jalan-jalan yang mendekatkan diri kita kepada-Nya, Itu adalah panggilan-Nya. Maka sambutlah panggilan-Nya itu.

Jika kemudian mulai tumbuh perilaku kita yang ‘mencari jejak-Nya’, seperti mencari-cari pengajian yang baik, mencari-cari bahan di internet, mulai mencari-cari buku tentang Tuhan dan agama, maka syukurilah. Ini berarti bahwa Dia masih mengingat anda. Dia masih memanggil anda untuk mendekat, untuk pulang kepada-Nya. Dia masih menghendaki anda kembali kepada-Nya. Allah sendirilah yang menumbuhkan keinginan ini dalam hati anda.

Oleh karena itu, janganlah kita sia-siakan kesempatan ini. Jangan abaikan panggilan-Nya ini. Jangan sampai dia merasa panggilan-Nya kita abaikan. Karena sebagaimana kita pun, jika orang yang kita harapkan terus mengabaikan kita, lama-kelamaan kita pun akan melupakan orang itu. Camkanlah, bahwa tidak setiap orang akan dipanggil-Nya. Tidak setiap orang terpilih untuk ditaubatkan-Nya. Sangat sedikit orang yang ditumbuhkan keinginan untuk mulai mencari Allah di dalam hatinya.
Perhatikanlah, bahwa amat banyak orang mencari pengajian dengan niat mencari kawan, mencari kelompok, mencari pengakuan orang lain sebagai ‘orang pengajian’, mencari ketentraman sesaat, meniti karir di partai politik, mencari hapalan dan pengetahuan ayat, mencari bahan diskusi, dan sebagainya. Sangat sedikit, sekali lagi sangat sedikit, orang yang benar-benar mencari pemahaman akan hakikat hidup maupun kesejatian (Al-Haqq).
Jika kita tidak mau bertaubat, tidak mengindahkan panggilan-Nya itu, maka kita termasuk orang yang zalim. Definisi ‘zalim’, menurut Al-Qur’an, adalah tidak mau bertaubat.

 “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. 49:11)

Jika panggilan-Nya ini kita abaikan, maka kita akan semakin berputar-putar saja di dunia ini, dan kalbu kita akan semakin buta saja. Oleh karena itu, akan semakin susah sajalah kita memperoleh petunjuk-Nya, ketika kalbu kita menjadi buta.

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS 20:124)

“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalahqalb-qalb (quluubun) yang ada di dalam dada.” (QS 22:46)

Apakah ‘Taubat’ ?
Apakah ‘taubat’ itu? Taubat bukanlah istighfar. Hanya semata mengucapkan ‘astaghfirullah’, walaupun seribu kali, bukanlah taubat. Sebagaimana qur’an mengatakan,

“Karena itu beristighfarlah kepada-Nya, kemudian bertaubatlahkepada-Nya” (QS. 11:61).

Maka, dari ayat di atas, jelas nampak bahwa Istighfar dan taubat adalah dua hal yang berbeda.
Kata ‘taubat’ berasal dari kata ‘taaba’, artinya ‘kembali’. Taubat adalah sebuah ‘keinginan’, kegandrungan, kebutuhan akan Allah, maupun segala yang dapat membuat kita lebih mengenal-Nya. Oleh karena itu, landasan taubat adalah mencari Allah, mencari kesejatian, mencari hakikat kehidupan ini. Orang bisa saja mengucap istighfar ribuan kali sehari, tapi sama sekali tidak bertaubat.

Orang bisa zikir ribuan kali, dengan niat supaya cerdas, supaya sakti, supaya bisa mengobati, supaya karir bagus, supaya lulus ujian, macam-macam. Rajin shalat malam, supaya berwajah cerah dan cantik. Rajin puasa, supaya sehat, supaya tidak gemuk. Di mana Allahnya? Mungkin Allah kita tempatkan nomor dua atau tiga.
Maka dari itu, pertama sekali, kita murnikan niat kita dahulu. Kita niatkan semuanya hanya untuk kembali kepada-Nya (taubat), supaya semakin diberi-Nya petunjuk bagaimana taubat yang benar itu. Supaya diajari-Nya hakikat kehidupan ini.

Junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw mengucapkan do’a berikut ini, yang dibaca setiap kali Beliau selesai berwudhu:

“Allahummaj’alni minat-tawwabiin, waj ‘alni minal muthahhiriin.”

“Ya Allah, jadikan hamba termasuk ke dalam ‘At-Tawwabiin’(mereka yang bertaubat), dan jadikan hamba termasuk ke dalam‘Al-Muthahhiriin’ (mereka yang disucikan).”

Bahkan Rasulullah Saw pun masih memohon kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam golongan orang yang bertaubat. Bukankah Rasulullah telah suci, bebas dosa, dan telah dijamin surga oleh Allah ta’ala?

Makna ‘Zalim’
Jika kita tidak kembali kepada Allah (taubat), maka termasuk ke dalam golongan orang-orang yang zalim. Definisi ‘zalim’, menurut Al-Qur’an, adalah tidak mau bertaubat.

“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. 49:11)

Padahal, Allah tidak akan pernah memberikan petunjuk-Nya kepada orang-orang yang zalim. Ketegasan-Nya ini diulang berkali-kali dalam Al-Qur’an, sebagai peringatan supaya kita benar-benar memperhatikan hal ini.
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(2:258)”

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (5:151)

Demikian pula kalimat yang sama bisa kita temukan pada Q.S. 6:144, 9:19, 9:109, dan 28:50.
Maka dari itu, jika kita tidak bertaubat, tidak berusaha kembali kepadaNya, maka kita akan semakin sesat saja. Bahkan hal ini ditegaskanNya bahwa ia akan menyesatkan mereka yang zalim.

“Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim (14:27).”

Jika kita tidak bertaubat, kembali pada Allah, maka sudah barang tentu akan semakin jauh saja kita dari petunjuk-Nya. Hidup kita pun dengan sendirinya akan terlempar-lempar dari satu masalah ke masalah yang lainnya saja, jauh dari petunjuk-Nya.

Implikasi Ke’Mahapengampun’an Allah
Kita mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun. Tapi, Maha Pengampun terhadap siapa?

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shaleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. 20:82).

Allah Maha Pengampun pada yang bertaubat (saja). Jika kita bertaubat, kembali kepada-Nya, maka barulah asma ‘Maha Pengampun’ ada implikasinya terhadap kita. Jika kita misalnya dikenal sebagai orang yang pemaaf, tentu sifat pemaaf kita tidak ada implikasinya terhadap orang yang tidak kita kenal. Jadi, kepemaafan kita berlaku pada orang tertentu saja, tidak dengan sendirinya pada semua orang.
Demikian pula Allah. Dia Maha Pengampun (hanya) kepada mereka yang bertaubat.Kepada yang tidak bertaubat, walaupun dia dikenal dengan Maha Pengampun, tentunya tidak ada hubungannya. Ke-Maha Pengampunan-Nya tidak ada implikasinya sama sekali kepada mereka yang tidak bertaubat, kepada mereka yang tidak berusaha kembali kepada-Nya.

Jika kita hanya istighfar saja, maka belum tentu Allah Maha Pengampun kepada kita. Tapi jika kita bertaubat, kemudian memperbaiki diri, maka Allah Maha Pengampun kepada kita. Taubat –harus– diikuti dengan memperbaiki diri, supaya taubat kita diterima oleh-Nya.
Demikianlah yang kita lihat pada ayat-ayat berikut ini:

“Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 5:39)

“Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 24:5)

“Barangsiapa yang berbuat kejahatan diantara kamu karena kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 6:54)

Jalaluddin Rumi tentang Taubat
Sebagai penutup tulisan tentang taubat, mari kita hayati penggalan puisi hasilfana Jalaluddin Rumi di bawah ini:

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.


Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!


Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata uang palsumu!


Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah
menjadi sembilan puluh sembilan saja.


Begitulah caranya!

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi!

Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku,

karena Aku-lah jalan itu.”


Wallahu ‘alam, Semoga bermanfaat.


Sumber : suluk.wordpress.com


Seorang istri menceritakan kisah suaminya pada tahun 1415 H, ia berkata :

Suamiku adalah seorang pemuda yang gagah, semangat, rajin, tampan, berakhlak mulia, taat beragama, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia menikahiku pada tahun 1390 H. Aku tinggal bersamanya (di kota Riyadh) di rumah ayahnya sebagaimana tradisi keluarga-keluarga Arab Saudi. Aku takjub dan kagum dengan baktinya kepada kedua orang tuanya. Aku bersyukur dan memuji Allah yang telah menganugerahkan kepadaku suamiku ini. Kamipun dikaruniai seorang putri setelah setahun pernikahan kami.

Lalu suamiku pindah kerjaan di daerah timur Arab Saudi. Sehingga ia berangkat kerja selama seminggu (di tempat kerjanya) dan pulang tinggal bersama kami seminggu. Hingga akhirnya setelah 3 tahun, dan putriku telah berusia 4 tahun… Pada suatu hari yaitu tanggal 9 Ramadhan tahun 1395 H tatkala ia dalam perjalanan dari kota kerjanya menuju rumah kami di Riyadh ia mengalami kecelakaan, mobilnya terbalik. Akibatnya ia dimasukkan ke Rumah Sakit, ia dalam keadaan koma. Setelah itu para dokter spesialis mengabarkan kepada kami bahwasanya ia mengalami kelumpuhan otak. 95 persen organ otaknya telah rusak. Kejadian ini sangatlah menyedihkan kami, terlebih lagi kedua orang tuanya lanjut usia. Dan semakin menambah kesedihanku adalah pertanyaan putri kami (Asmaa') tentang ayahnya yang sangat ia rindukan kedatangannya. Ayahnya telah berjanji membelikan mainan yang disenanginya…

Kami senantiasa bergantian menjenguknya di Rumah Sakit, dan ia tetap dalam kondisinya, tidak ada perubahan sama sekali. Setelah lima tahun berlalu, sebagian orang menyarankan kepadaku agar aku cerai darinya melalui pengadilan, karena suamiku telah mati otaknya, dan tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya. Yang berfatwa demikian sebagian syaikh -aku tidak ingat lagi nama mereka- yaitu bolehnya aku cerai dari suamiku jika memang benar otaknya telah mati. Akan tetapi aku menolaknya, benar-benar aku menolak anjuran tersebut.

Aku tidak akan cerai darinya selama ia masih ada di atas muka bumi ini. Ia dikuburkan sebagaimana mayat-mayat yang lain atau mereka membiarkannya tetap menjadi suamiku hingga Allah melakukan apa yang Allah kehendaki.

Akupun memfokuskan konsentrasiku untuk mentarbiyah putri kecilku. Aku memasukannya ke sekolah tahfiz al-Quran hingga akhirnya iapun menghafal al-Qur'an padahal umurnya kurang dari 10 tahun. Dan aku telah mengabarkannya tentang kondisi ayahnya yang sesungguhnya. Putriku terkadang menangis tatkala mengingat ayahnya, dan terkadang hanya diam membisu.

Putriku adalah seorang yang taat beragama, ia senantiasa sholat pada waktunya, ia sholat di penghujung malam padahal sejak umurnya belum 7 tahun. Aku memuji Allah yang telah memberi taufiq kepadaku dalam mentarbiyah putriku, demikian juga neneknya yang sangat sayang dan dekat dengannya, demikian juga kakeknya rahimahullah.

Putriku pergi bersamaku untuk menjenguk ayahnya, ia meruqyah ayahnya, dan juga bersedekah untuk kesembuhan ayahnya.
Pada suatu hari di tahun 1410 H, putriku berkata kepadaku : Ummi biarkanlah aku malam ini tidur bersama ayahku...
Setelah keraguan menyelimutiku akhirnya akupun mengizinkannya.

Putriku bercerita :

Aku duduk di samping ayah, aku membaca surat Al-Baqoroh hingga selesai. Lalu rasa kantukpun menguasaiku, akupun tertidur. Aku mendapati seakan-akan ada ketenangan dalam hatiku, akupun bangun dari tidurku lalu aku berwudhu dan sholat –sesuai yang Allah tetapkan untukku-.

Lalu sekali lagi akupun dikuasai oleh rasa kantuk, sedangkan aku masih di tempat sholatku. Seakan-akan ada seseorang yang berkata kepadaku, "Bangunlah…!!, bagaimana engkau tidur sementara Ar-Rohmaan (Allah) terjaga??, bagaimana engkau tidur sementara ini adalah waktu dikabulkannya doa, Allah tidak akan menolak doa seorang hamba di waktu ini??"

Akupun bangun…seakan-akan aku mengingat sesuatu yang terlupakan…lalu akupun mengangkat kedua tanganku (untuk berdoa), dan aku memandangi ayahku –sementara kedua mataku berlinang air mata-. Aku berkata dalam do'aku, "Yaa Robku, Yaa Hayyu (Yang Maha Hidup)…Yaa 'Adziim (Yang Maha Agung).., Yaa Jabbaar (Yang Maha Kuasa)…, Yaa Kabiir (Yang Maha Besar)…, Yaa Mut'aal (Yang Maha Tinggi)…, Yaa Rohmaan (Yang Maha Pengasih)…, Yaa Rohiim (Yang Maha Penyayang)…, ini adalah ayahku, seorang hamba dari hamba-hambaMu, ia telah ditimpa penderitaan dan kami telah bersabar, kami Memuji Engkau…, kemi beriman dengan keputusan dan ketetapanMu baginya…

Ya Allah…, sesungguhnya ia berada dibawah kehendakMu dan kasih sayangMu.., Wahai Engkau yang telah menyembuhkan nabi Ayyub dari penderitaannya, dan telah mengembalikan nabi Musa kepada ibunya…Yang telah menyelamatkan Nabi Yuunus dari perut ikan paus, Engkau Yang telah menjadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim…sembuhkanlah ayahku dari penderitaannya…

Ya Allah…sesungguhnya mereka telah menyangka bahwasanya ia tidak mungkin lagi sembuh…Ya Allah milikMu-lah kekuasaan dan keagungan, sayangilah ayahku, angkatlah penderitaannya…"

Lalu rasa kantukpun menguasaiku, hingga akupun tertidur sebelum subuh.

Tiba-tiba ada suara lirih menyeru.., "Siapa engkau?, apa yang kau lakukan di sini?". Akupun bangun karena suara tersebut, lalu aku menengok ke kanan dan ke kiri, namun aku tidak melihat seorangpun. Lalu aku kembali lagi melihat ke kanan dan ke kiri…, ternyata yang bersuara tersebut adalah ayahku…

Maka akupun tak kuasa menahan diriku, lalu akupun bangun dan memeluknya karena gembira dan bahagia…, sementara ayahku berusaha menjauhkan aku darinya dan beristighfar. Ia barkata, "Ittaqillah…(Takutlah engkau kepada Allah….), engkau tidak halal bagiku…!". Maka aku berkata kepadanya, "Aku ini putrimu Asmaa'". Maka ayahkupun terdiam. Lalu akupun keluar untuk segera mengabarkan para dokter. Merekapun segera datang, tatkala mereka melihat apa yang terjadi merekapun keheranan.

Salah seorang dokter Amerika berkata –dengan bahasa Arab yang tidak fasih- : "Subhaanallahu…". Dokter yang lain dari Mesir berkata, "Maha suci Allah Yang telah menghidupkan kembali tulang belulang yang telah kering…". Sementara ayahku tidak mengetahui apa yang telah terjadi, hingga akhirnya kami mengabarkan kepadanya. Iapun menangis…dan berkata, اللهُ خُيْرًا حًافِظًا وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ Sungguh Allah adalah Penjaga Yang terbaik, dan Dialah yang Melindungi orang-orang sholeh…, demi Allah tidak ada yang kuingat sebelum kecelakaan kecuali sebelum terjadinya kecelakaan aku berniat untuk berhenti melaksanakan sholat dhuha, aku tidak tahu apakah aku jadi mengerjakan sholat duha atau tidak..??

Sang istri berkata : Maka suamiku Abu Asmaa' akhirnya kembali lagi bagi kami sebagaimana biasnya yang aku mengenalinya, sementara usianya hampir 46 tahun. Lalu setelah itu kamipun dianugerahi seorang putra, Alhamdulillah sekarang umurnya sudah mulai masuk tahun kedua. Maha suci Allah Yang telah mengembalikan suamiku setelah 15 tahun…, Yang telah menjaga putrinya…, Yang telah memberi taufiq kepadaku dan menganugerahkan keikhlasan bagiku hingga bisa menjadi istri yang baik bagi suamiku…meskipun ia dalam keadaan koma…

Maka janganlah sekali-kali kalian meninggalkan do'a…, sesungguhnya tidak ada yang menolak qodoo' kecuali do'a…barang siapa yang menjaga syari'at Allah maka Allah akan menjaganya.

Jangan lupa juga untuk berbakti kepada kedua orang tua… dan hendaknya kita ingat bahwasanya di tangan Allah lah pengaturan segala sesuatu…di tanganNya lah segala taqdir, tidak ada seorangpun selainNya yang ikut mengatur…

Ini adalah kisahku sebagai 'ibroh (pelajaran), semoga Allah menjadikan kisah ini bermanfaat bagi orang-orang yang merasa bahwa seluruh jalan telah tertutup, dan penderitaan telah menyelimutinya, sebab-sebab dan pintu-pintu keselamatan telah tertutup…

Maka ketuklah pintu langit dengan do'a, dan yakinlah dengan pengabulan Allah….
Demikianlah….Alhamdulillahi Robbil 'Aaalamiin (SELESAI…)

          Janganlah pernah putus asa…jika Tuhanmu adalah Allah…
          Cukup ketuklah pintunya dengan doamu yang tulus…
          Hiaslah do'amu dengan berhusnudzon kepada Allah Yang Maha Suci
          Lalu yakinlah dengan pertolongan yang dekat dariNya

(sumber : http://www.muslm.org/vb/archive/index.php/t-416953.html , Diterjemahkan oleh Firanda Andirja)



Becky Oskin, Writer at OurAmazingPlanet

California : Earthquakes have the Midas touch. The flow of water that evaporates during earthquakes has been precipitated gold, according to the model, published in the journal "Nature Geoscience" issue of March 17.
The model shows quantitative mechanisms related to the relationship between gold and quartz are visible in many gold deposits in the world, said Dion Weatherley, a geophysicist from the University of Queensland in Australia and lead author of the study.
When the earthquake occurred, the event moves shards on the ground - called a fault or fracture fault. Faults that can cause a small fractures along the shift, associated with allusions that appear as a square gap. Water frequently lubricate the cracks, filling fractures and allusion.
About 10 kilometers below sea level, temperature and under tremendous pressure, water carrying carbon dioxide, silica and economically attractive elements like gold are highly concentrated.


Shock, Vibration, and Gold

During the earthquake, cracks suddenly wide open. Like taking the lid of the appliance to cook some rice. Water evaporates in the gap, and turn it into steam and forces silica, which form the mineral quartz, and gold come out in liquid form and headed to a nearby surface, said Weatherley and co-author Richard Henley , from the Australian National University in Canberra.
Although scientists have long suspected that the sudden drop in pressure may explain the relationship between the giant gold deposits and ancient fault, the study adapted the idea into more extreme, said Jamie Wilkinson, geochemist at Imperial College London in the UK, who was not involved in the research it.
"To me, it seems pretty reasonable. It is something that people want to make it as a model, both experimentally and numerically," said Wilkinson told OurAmazingPlanet.
Previously, scientists assumed the liquid will effervesce, bubbling like soda bottles are opened, during an earthquake or other pressure changes. The event will fill the bags with gold underground. Other researchers said the minerals will only accumulate slowly over time.
Weatherley said the amount of gold that is left after the earthquake is very small, because the fluid underground at most only carry one part per million of the precious element. But the Alpine Fault earthquake zone like New Zealand, one of the fastest in the world, can build a gold deposit that could be mined in 100 thousand years, he said.
Surprisingly, quartz does not even have time to crystallize, according to the indications of the study. Conversely, minerals out of the liquid in the form of nanoparticles, maybe even make a gel-like substance on the wall fracture. Nanoparticles quartz then crystallized from time to time.
Even earthquake of magnitude smaller than the 4.0 SR, which resulted in vibration but rarely cause damage, can trigger instantaneous evaporation, according to research findings.


These Hills Have Gold

Quartz associated with gold deposition connected with several well-known, such as gold flakes that give rise to raid gold in the 19th century in California and the Klondike. Both sediment eroded from the upstream quartz veins. Gold deposit consists of particles, flakes and lumps are mixed with sand and gravel in streams and riverbeds. The miners gravel traced to its source, that's where the hard rock mining continues to this day.
However, earthquakes are not the only natural events that can be a source of gold. Volcanoes and groundwater flow is also productive, or more productive, to produce precious metals. While Weatherley and Henley stated that the same process can take place under the volcano, Wilkinson, who studies volcanoes connected with gold, saying it was not proven.
"Under the volcano, most of the gold was not deposited within an active fault during the earthquake," said Wilkinson. "It was a very different mechanism."
Understanding how the formation of gold helped the company to define new mining sites. "Recent knowledge on the mechanisms of formation of gold deposits, gold exploration efforts could help in the future," said Weatherley.

See the Video bellow


 
 

Popular Posts